Translate

Minggu, 27 Juli 2014

BENDA-BENDA PENINGGALAN MASYARAKAT BATAK


Perlu uintuk kita ketahui, bahwa Batak adalah suku yang sangat unik. keunikan ini tidak hanya bisa kita lihat dari kebiasaan mereka dalam beradat (mengadakan upacara), kepercayaan, kesusastraan  melainkan juga dari peninggalan peninggalan masyarakat batak yang dari masa ke masa masih bisa kita jumpai, sungguhpun sudah mulai hilang daya tariknya dikalangan para pemuda yang nampaknya semakin hari semakin dibius oleh semunya modernisasi. untuk itu penulis mencoba menghadirkan beberapa barang/ benda benda peninggalan leluhur yang masih dipakai sampai saat ini atau pun yang sudah dimuseumkan. 
  1. HOMBUNG : Peninggalan lama, dibuat dari kayu pinasa, diukir motif gorga Batara Siang. Dipakai untuk tempat harta don barang pusaka lainnya. Hombung ini juga berfungsi sebagai dipan untuk tempat tidur pemiliknya (Kepala rumah tangga).
  2. RUMBI :Bahan dari batang pohon nangka, digunakan untuk tempat harta dan barang pusaka.
  3. SAPA : Sejenis pinggan dari kayu nangka tempat nasi untuk makan bersama (sekeluarga). Istilah Sapa-nganan adalah identifikasi dari keadaan makan bersama dari Sapa, artinya Sapanganan identik dengan kaum kerabat, keluarga dekat.
  4. POTING : Bahannya dari bambu, tali ijuk don rompu hotang digunakan untuk tempat mengambil air dari sumber air untuk persediaan air di rumah.
  5. TABU-TABU : Bahan dari buah labu tutupnya dibuat dari kayu bentuk patung, dulu digunakan untuk tempat air minum dan dewasa ini banyak digunakan sebaqai hiasan.
  6. HUDON TANO : Periuk dari tanah liat yang digunakan untuk memasak ikan dan sayuran.
  7. PARRASAN :Bahan dari baion logen (sejenis pandan) dianyam, digunakan untuk tempat beras.
  8. HADANG HADANGAN (1) : Sejenis tas tangan tempat belanjaan atau barang barang bawaan waktu berpergian. Bahannya dibuat dari baion (login) dianyam secara khusus diberi bertali sehingga praktis untuk di bawa-bawa.
  9. HADANG HADANGAN (2) : Serupa dengan di atas tetapi lebih kecil, digunakan untuk tempat garam.
  10. HAJUT PARDEMBANAN : Dibuat dari daun pandan, dianyam sedemikian indah untuk tempat sirih dan kelengkapannya. biasanya digunakan oleh kaum ibu.
  11. HAJUT-HAJUT : Hajut Pardembanan motif lain dibuat dari daun Pandan Simata dan Kain merah. Berasal dari daerah Angkola.
  12. TEMPAT TEMBAKAU : terbuat dari kayu yang yang tutupnya diukir.
  13. LEANG (1) : Dibuat dari kuningan dan tembaga, diukir dengan motif khusus Singa-Singa, dipakai sebagai hiasan pelengkap kebesaran. Dipakai pada waktu pesta oleh kaum laki-laki.
  14. LEANG (2) : Bahannya dari kuningan, tembaga dan simbora, dipakai oleh kaum ibu waktu pesta-pesta.
  15. GOLANG : Bahan dari kuningan, diukir ragam hias Singa-Singa dipakai oleh kaum Bapak.
  16. SIBONG SITEPAL : Kerabu Batak, dibuat dari kuningan dan emas batak digunakan sebagai penghias telinga oleh kaum ibu dan bapak.
  17. SIBONG OTTOK-OTTOK : Kerabu batak jenis lain dipakai oleh kaum wanita sebagai perhiasan.
  18. SORTALI (1) : Bahan dibuat dari tembaga, disepuh dengan emas batak ditempelkan paada kain merah, dipakai untuk ikat kepala (Mahkota) laki-laki pada pesta-pesta besar.
  19. SORTALI (2) : Serupa dengan Sortali kaum lelaki, tetapi motif ini khusus untuk wanita.
  20. TAGAN : Tempat barang berharga (barang-barang Mas dan Perak) dibuat dari kayu keras (Pokki). Diukir dalam bentuk dan komposisi yang harmonis.
  21. LAGE-TIAR : Dibuat dari “bayon login” = daun pandan, dianyam dipakai untuk alas/tempat duduk don tempat tidur.
Seni Ukir dan Uning-uningan 
  1. ULU PAUNG : Bahan dari hariara pulut digorga dalam tiga warna (merah, putih don hitam). Bentuknya termasuk ornamen Raksasa. Ditempatkan dipuncak wuwungan rumah atau sopo. Ulupaung diyakini sebagai lambang keperkasaan dan perlindungan terhadap seisi rumah, sebagai penjaga setan-setan dari luar kampung.
  2. JENGGAR (1) : Hiasan pada bagian tengah tombonan adap-adop dan halang godang. Diyakini mampu mengusir setan yang mau masuk kedalam rumah. Digorga dalam tiga warna dipakai untuk ruma gorga.
  3. SANTUNG SANTUNG : Hiasan vertikal tergantung di ujung dila paung dihias dengan gorga Gaya Dompak sebagai symbol kebenaran dan tegaknya hukum.
  4. GAJA DOMPAK DORPI JOLO (1) (2) (3) (4) : Ditempatkan pada dinding depan (dorpi jolo) fungsinya untuk mengingatkan manusia terhadap tegaknya hukum.
  5. SINGA-SINGA : Salah satu motif singa-singa sopo gorga dibuat dari kayu hariara pulut diberi warna tiga bolit ditempatkan di dinding depan (dorpi jolo) kiri dan kanan. Diyakini sebagai lambang dari wibawa dan symbol keadilan hukum dan kebenaran (duplikat).
  6. TAGANING (1 – 5) : Disebut juga Saridondon, bahannya dibuat dari kayu, rotan dan kulit kambing dipakai untuk pelengkap ogung sabangunan.
  7. OGUNG PONGGORA : Sihutur tolong bahannya terdiri dari perunggu ditempah bulat, ditengah jendul berisi puli (damar) dipakai untuk pelengkap musik berat (gondang sabangunan).
  8. OGUNG PANGALUSI : Sitapi sindar mata ni ari. Bahannya dan fungsinya sama dengan ogung panggora.
  9. OGUNG DOAL : Serupa dengan diatas, nama lainnya Dori Mangambat.
  10. OGUNG OLOAN : Digunakan untuk pelengkap ogung sabangunan.
  11. SARUNE BOLON : Serunai panjang dibuat dari kayu, dipakai untuk pelengkap musik berat (gondang sabangunan).
  12. GARANTUNG : Bahannya dari kayu ringan dipakai untuk alat musik ringan.
  13. HASAPI : Bahannya dari kayu ringan talinya dari kawat halus atau riman dipakai alat musik ringan (gondang hasapi) don untuk mengiringi lagu.
  14. SARUNE GETEP : Serunai kecil dipakai untuk mengiringi gondang hasapi dan untuk mengiringi lagu.
  15. TULILA : Bahannya dari bambu dipakai untuk alat musik hiburan terutama ditempat sunyi.
  16. SIGALE-GALE : Wayang Batak diperbuat dari kayu di ukir berbentuk mausia dilengkapi tali-temali yang dapat menggerak-gerakkan, menari, manortor mengikuti gondang dengan kemahiran seorang dalang untuk memainkannya. Tortor sigale-gale diadakan dalam upacara ritus pada waktu kematian seseorang yang berusia lanjut, tetapi tidak mempunyai keturunan.Dahulu acara tor-tor seperti ini disebut upacara Papurpur Sapata. Dewasa ini tor-tor sigale-gale lebih merupakan acara hiburan.
Dunia mistis
  1. TUNGGAL PANALUAN: Bahannya dibuat dari kayu tada-tada, diukir berbentuk manusia, cecak, ular, kala jengking dan binatang berbisa lainnya, patung manusia, bagian atas diberi berambut. Tunggal Panaluan disebut Tongkat Sakti, tongkat sihir penolak bala digunakan waktu pesta Satti, Mandudu dan lain lain.
  2. TUNGKOT BALEHAT : Bahan dari kayu tada-tada diukir bentuk patung manusia mengendarai kuda, kadal, ular dan binatang berbisa lainnya. Dipakai untuk tujuan magik oleh para datu.
  3. SAHAN (1) (NAGA MORSARANG) : Bahan dari tanduk kerbau diukir disumbat dengan tutup kayu berukir dipakai untuk tempat obat oleh para datu, motif toba.
  4. SAHAN (2) (SIBIAKSA) : Sahan motif Samosir, fungsinya soma dengan Sahan, motif Toba.
  5. PISO HALASAN (1) : Bahan dibuat dari besi, suhulnya (gagang) dari tanduk Rusa, Sarong dari kayu dilapis dengan kulit ekor kerbau, Dipakai untuk menyembelih kerbau waktu pesta gondang Sarimatua, Piso Halasan juga digunakan sebagai lambang kebesaran bahwa pemiliknya telah pernah mengadakan pesta besar, mangalahat horbo diiringi gondang Sabangunan. Piso Halasan biasanya disandang dan dikepit di lengan kiri dalam pakaian adat lengkap.
  6. PISO HALASAN (2) : Gagangnya dari tanduk, pisau dari besi baja, sarangnya dari kayu dilapis kulit ekor kerbau pada ujung sarong dibuat tanduk berukir. Fungsinya soma dengan Piso Halasan (1).
  7. SAHAN (3) : Sahan kecil dari tanduk kambing diukir disumbat dengan patung kayu, digunakan oleh datu untuk tempat pupuk.
  8. SONDI : Dibuat dari kayu berukir singa-singa ditunggangi oleh manusia badan berbentuk tabung berukir dari tanduk kerbau. Digunakan untuk tempat pupuk oleh datu.
  9. GUCI PARPAGARAN : Bahan dibuat dari keramik baker dibuat tempat pagar pelindung keluarga dari marabahaya.
  10. HAJO: Guci dibuat dari bahan keramik (tembikar) dipakai sebagai tempat air atau tuak
  11. PATUNG DEBATA IDUP LAKI-LAKI (1) : Duplikat, bahan dibuat dari kayu nangka. Dahulu patung jenis ini sengaja dibuat sebagai perwujutan dari Debata idup (Mulajadi Nabolon silehon hangoluan) dianggap sebagai pelindung bagi kelompok atau marga pembuatnya. Dewasa ini patung jenis ini juga tetap dibuat namun telah berobah fungsi menjadi sejenis hiasan.
  12. PATUNG DEBATA IDUP PEREMPUAN (2) : Duplikat, pasangan dari patung Debata Idup Laki-laki.
  13. PATUNG DEBATA IDUP (3) : Motif lain dari patung Debata idup.
  14. PATUNG AJIDONDA SILINDUAT : Jenis lain dari patung Debata idup Dua buah, patung laki-laki dan wanita dirangkai menjadi satu digunakan untuk upacara magic.
  15. PATUNG SIHARHARI : Terdiri dari dua buah patung kayu laki-laki dan perempuan dirangkai menjadi satu digunakan dalam upacara magic.
  16. TIGA BOLIT : Dibuat dari kain berwarna merah putih dan hitam, dipilin menjadi satu. Dipakai oleh datu sebagai tali-tali.
  17. BONANG MANALU : Bahannya dari benang merah putih dan hitam, biasanya dipergunakan sebagai jimat setelah diberi mantera oleh datu (dukun).
  18. GURI-GURI SIBOANON : Bahan dari porselen digunakan te mpat pagar / Mascot untuk dibawa-bawa.
  19. GURI-GURI TAOR (1) : Bahan dari porselen dipakai untuk tempat taor didalam rumah.
  20. GURI-GURI PARMIAHAN : Guri-Guri tempat pupuk.
  21. PATUNG SITOLU : Bahan dibuat dari kayu dipahat berbentuk tiga manusia menyatu, kemungkinan merupakan gambaran dari tri tunggal mulajadi.
  22. PATUNG SIDUA SAIHOT : Patung kayu dirangkai dengan tali ijuk kemungkinan adalah motif lain dari Debata idup.
  23. BULU SONDI : Jenis lain dari tabung bambu tempat ramuan obat-obatan.
  24. SALUNG : Dibuat dari bambu dipakai untuk tempat minum ramuan obat-obatan.
  25. TOPENG (1) : Bahannya dari kayu dipakai waktu tari topeng ketika pesta turun.
  26. SONDI TANDUK : Bahannya dari tanduk dan kayu diukir dan dipahat bentuk patung manusia mengendarai hoda-hoda. Dipakai untuk tempat pupuk.
  27. SONDI TANDUK : Bahan dari tanduk rusa berukir tutupnya dari kayu dipahat bentuk patung hoda-hoda, digunakan sebagai tempat pupuk.
  28. POHUNG (1) : Bahannya dari batu, dipahat bentuk manusia Digunakan sebagai patung penjaga kebon setelah diisikan pupuk kedalamnya
  29. PANGULU BALANG : Patung batu digunakan sebagai penjaga kampung dari niat jahat orang lain, biasanya ditempatkan di benteng (parik ni huta).
  30. PATUNG HODA-HODA : Bahannya dari kayu keras, dahulu dibuat sebagai lambang kenderaan kayangan, tunggangan nenek moyang menuju kayangan. Dewasa ini juga dibuat para seniman tetapi fungsinya telah berubah dari tujuan mistik ke tujuan Dekorasi (hiasan).
Koleksi parbinotoan ( ilmu pengetahuan)

  1. PUSTAHA uplikat dibuat dari kulit kayu ulim (laklak) bertuliskan aksara Batak berisi ilmu pengetahuan, kalender, mantera dan lain-lain.
  2. PORHALAAN (1) :Kalender Batak, dari bambu (bambu suraton) Ditulis dalam aksara Batak dilengkapi dengan gambar-gambar symbol dari peredaran bulan, digunakan untuk meramalkan hari baik untuk pelaksanaan pesta adat, langkah rejeki dan sebagainya.
  3. PARHALAAN (2) :Bahan dari bambu, diberi bertutup dari kayu diukir berbentuk patung hoda-hoda. Tabung bambu sekaligus tempat pagar (penangkal) fungsi lain sama dengan Porhalaan (1).
  4. PARHALAAN (3) :Fungsinya sama dengan Porhalaan (2), bahannya dibuat dari tulang kering hewan diberi tutup dari kayu berukir.
  5. BULU PARHALAAN (TONDUNG SAHALA) :Bahannya dari kerat bambu lepas, disusun sedemikian rupa digunakan untuk meramal hari baik.
  6. BULU PARTONAAN :Bahan dari seruas bambu kecil, bertutup bambu, digunakan untuk mengirim surat atau pesan penting.
  7. GARUNG-GARUNG SONDI :Tempat menyimpan surat-surat penting, mantera-mantera don lain lain, dibuat dari seruas bamboo besar berukir halus tutupnya artistik.
  8. RUJI-RUJI BINDU MATOGA :Kalender batak dibuat dari tulang rusuk hewan digunakan oleh datu untuk meramal sesuatu.
Alat Menangkap Ikan

  1. SOLU JAMBANG :Sampan jenis lain yang lebih besar dari solu lunjup, biasanya dipakai di air yang tidak mengalir (di danau), fungsinya sama dengan solu lunjup dapat dipakai untuk mengangkut dua orang sekaligus.
  2. HOLE :Bahannya dari kayu dipakai untuk alat dayung.
  3. GOLI-GOLI ibuat dari kayu (papan) dipakai untuk tempat duduk di dalam sampan.
  4. TAHU-TAHU :Bahannya dari bambu, dipakai untuk membuang air yang masuk kedalam sampan.
  5. BUBU TIRI-TIRI :Bahannya dari bambu digunakan menangkap ikan tiri-tiri (ikan kecil semacam ikon teri).
  6. BUBU JAHIR :Bahannya dari lidi ijuk dan tali riman, digunakan menangkap ikon jahir, pora-pora, undalap don lain-lain.
  7. BUBU IHAN :Bahannya dari lidi ijuk (Tarugit) bentuknya lebih besar, digunakan untuk menangkap ikan yang besar-besar seperti ikan mas, ihan dll.
  8. HERENGAN ibuat dari tarugit digunakan untuk menyimpan ikan tangkapan di dalam air agar tetap hidup sebelum dibawa pulang ke darat.
  9. HIRANG-HIRANG (1) :Bahan dari bambu, dianyam digunakan untuk tempat ikan tangkapan terutama jenis ikan-ikan besar.
  10. HIRANG-HIRANG (2) :Bahan dari bambu, dianyam diberi bertali dari tali ijuk digunakan untuk tempat ikan tangkapan direndam dalam air agar ikan tetap hidup.
  11. HIRANG-HIRANG (3) :Bahan dari rotan dianyam berbentuk bulat, digunakan untuk tempat ikan tangkapan” biasanya digantung diikat pinggang.
Alat Senjata dan Berburu

  1. ULTOP : Bahan dari bambu, peluru dari biji-bijian, biasa dipakai untuk perang-perangan oleh anak-anak muda sebagai senjata, peluru ultop ini biasanya dibubuhi racun.
  2. PULUR : Peluru anak panah dibuat dari tanah liat dikeringkan setelah dibubuhi racun (untuk perang).
  3. PANA uplikat busur panah dengan peluru (anak panah) dari bambu atau pakko.
  4. SIOR :Anak panah terbuat dari bambu
  5. HUJUR (1) :dibuat dari besi kuningan dan gagang kayu pakko, dipakai alat berperang. Hujur, dewasa ini juga dipakai untuk berburu.
  6. PARANG :Alat senjata sejenis golok dibuat dari besi.
  7. PALAIT :Jenis lain dari Tombak dipakai sebagai alat senjata dan alat berburu.
  8. HUJUR BULU :Bahannya dari bambu poso pada ujung bagian pangkad diruncingi digunakan untuk menombak (berburu) binatang.
Alat – alat Dapur

  1. DALIHAN : Tungku, dibuat dari tanah liat, dibentuk bulat setengah bola. Digunakan untuk landasan periuk tanah dan alat memasak lainnya. Tungku atau dalihan ini biasanya harus tiga buah untuk satu tempat masak dan lima buah untuk dua tempat masak.
  2. LOTING : Bahan terdiri dari besi, batu loting tanduk tempat luluk dari luluk dari pohon enau. Dipakai untuk menyalakan api.
  3. HUDON PANGALOMPAAN : Periuk tempat masak nasi, merebus air minum dibuat dari bahan tanah liat.
  4. SUSUBAN : Periuk tanah bentuk lain tempat memasak ikan.
  5. HADANG-HADANGAN : Bahan dari baion, diayam don diberi bertali, dipakai untuk tempat garam, cabe dan lain se-bagainya (rempah-rempah).
  6. GEANG-GEANG : Dibuat dari anyaman rotan, digunakan untuk tempat ikan ataupun Susuban berisi ikan. Biasanya digantung di dapur agar ikannya aman dari intaian kucing.
  7. SONDUK SEAK : Bahan dibuat dari bambu, tempurung dan rotan fungsinya soma dengan sendok bambu.
  8. SEAK-SEAK BORHU : Bahan dari tempurung kelapa dasar dan tutupnya dibuat bertali (dirompu) digunakan sebagai tempat garam.
  9. POTING : Dibuat dari bambu, diberi tali dipakai untuk mengambil air dari sumber air.
  10. LAGE-LAGE : Tikar kecil dari baion dipakai sebagai tempat duduk didapur untuk tempat makan.
  11. Sambilu “Kulit bambu tipis” : Alat yang digunakan oleh sibaso (Bidan) memotong tali pusat anak yang baru lahir.
  12. PAPENE : Bahan dari kayu keras, digunakan untuk menggiling bumbu masak.
  13. PANUTUAN : Serupa dengan papene tapi lebih besar.
  14. TUTU : Alat menggiling bumbu, terbuat dari batu.
  15. LOSUNG : Terbuat dari kayu dipakai untuk menumbuk sayur-sayuran.
  16. ANDALU : Alat penumbuk (Antan), sebagai pasangan lesung dibuat dari kayu bulat dan keras.
  17. SAPA (2) : Pinggan tempat makanan sekeluarga, dibuat dari kayu nangka bentuk berkaki.
  18. PARANG : Bahan dari besi dipakai untuk pisau dapur.
Alat Tenun dan Tradisional

  1. BUSUR HAPAS : Dibuat dari bambu berbentuk busur panah (Sumbia) Digunakan untuk membusur kapas, mengembangkan dalam kondisi merata agar mudah dijadikan benang dengan sorha.
  2. SORHA TANGAN : Bahan terbuat dari kayu, papan dan besi (Kawat). Digunakan untuk memintal benang dari kapas. Roda pemintal degerakkan dengan tangan.
  3. SORHA PAT (1) : Bahan dari kayu, papan dan besi digunakan untuk memintal’ benang dari kapas, Roda pemintal digerakkan dengan kaki. Dipakai pada jaman pendudukan Tentara Jepang di Tapanuli.
  4. SORHA PAT (2) : Motif lain dari Sorha. Banyak digunakan pada jaman pendudukan tentara Jepang di Tapanuli Utara (Tanah Batak).
  5. PANGUNGGASAN : Dibuat dari bambu, fungsinya untuk menegangkan memadatkan benang. Diolesi dengan campuran air tajin dan nasi lembek.
  6. UNGGAS : Bahan- terbuat dari ijuk digunakan untuk mengoleskan kanji (air tajin dan. nasi lembek) untuk menegangkan benang.
  7. SOSA : Alat membuat gatip-gatip pada motif ulos. Bahan terdiri dari Seak-seak (tempurung kelapa) bahan pewarna dan bulu ayam.
  8. ANIAN : Bahan dari kayu jion dan pakko, digunakan untuk merakit benang sebelum ditenun.
  9. TUNDALAN (PAMUNGGUNG) : Bahan dari kayu nangka dipakai untuk sandaran pinggul waktu bertenun.
  10. TALI PAPAUT : Bahan dari tali ijuk dipakai waktu bertenun, fungsinya untuk menghubungkan panunggung de-ngan Pagabe.
  11. PAGABE : Bahannya dari pakko, digunakan menjepit benang tenun sekaligus pemegang benang.
  12. BALIGA : Bahan dari pelepah daun enau (hodong) digunakan untuk memapatkan benang tenunan.
  13. TURAK : Bahannya dibuat dari bambu dipakai untuk menghantar benang sirat kain tenunan.
  14. HASOLI : Dibuat dari lidi, digunakan untuk gulungan benang sirat didalam turak.
  15. SOKKAR : Bahannya dari kulit hodong (ruyung) kedua ujungnya dibuat runcing, digunakan untuk menegangkan benang guna mengatur pola tenunan.
  16. HATULUNGAN : Bahan dari kayu, digunakan untuk pemisah benang tenun, mengatur pola dan baris-baris benang.
  17. HAPULOTAN : Bahan dari kayu, fungsinya untuk mengatur benang tenun supaya tidak simpang siur.
  18. BALOBAS : Bahannya dari ruyung, digunakan untuk merapikan benang yang akan ditenun.
  19. LILI : Dibuat dari ruyung, digunakan untuk mengatur corak warna kain tenunan.
  20. PAMAPAN : Bahannya dari ruyung, digunakan untuk gantyungan benang yang ditenun.
  21. SITADOAN : Bahan dari kayu, digunakan untuk landasan kaki waktu bertenun.
  22. BALIGA SIRAT : Bahan dibuat dari pakko, digunakan untuk merapatkan (memapatkan) benang pada ujung kain ulos yang telah siap ditenun bersisikan rambu.
Alat-alat Pertanian
  1. ANSUAN : Bahan dari batang pohon enau (pakko) dipakai untuk mengolah tanah sawah pada tahap permulaan (sebagai cangkol).
  2. ORDANG : Bahan terbuat dari pakko, digunakan untuk alat melobong tanah untuk tempat benih padi ditanami, biasanya di lahan kering dengan tanah keras.
  3. PANASAPI : Gagang dibuat dari pakko mata dari tulang sasap (belikat) kerbau, dipakai untuk membersihkan dan meluruskan pematang sawah.
  4. PANGALI :Gagang dibuat dari kayu mata dari besi, dipakai untuk menggali tanah disamping fungsi lain seperti Panasapi.
  5. SORHA-SORHA : Bahannya dari pakko, kayu, dipakai untuk perlengkapan membajak sawah jika menggunakan seekor kerbau.
  6. AUGA : Bahannya dari kayu dan pakko, perlengkapan membajak sawah dengan menggunakan duo ekor kerbau.
  7. NINGGALA : Dibuat dari kayu jior dan pakko, dipakai alat membajak/ menggemburkan tanah ditarik oleh kerbau.
  8. SISIR : Dibuat dari kayu, pakko dan bambu, digunakan untuk menggemburkan tanah dalam proses lanjutan setelah siap dibajak.
  9. TOPPI : Bahan dibuat dari Rotan, dianyam digunakan untuk mengikat leher kerbau waktu membajak/ menyisir sawah.
  10. HUNDALI :Terbuat dari kulit kerbau biasanya dari bagian leher. Digunakan untuk mengikat Ninggala/Sisir dengan sorha atau auga waktu membajak sawah.
  11. TEAL-TEAL : Bahan dibuat dari pakko dan kayu digunakan untuk kendali kerbau waktu membajak.
  12. BATAHI (1) : Dibuat dari bambu digunakan sebagai cambuk pemukul kerbau.
  13. GAIR-GAIR SITOLU RAJA : Gair-Gair bermata tiga dibuat dari pakko dilengkapi dengan mata besi, digunakan untuk menggemburkan tanah.
  14. TALI HOTANG : Bahan dari ijuk pada kedua ujungnya terdapat duo buah tuhe dari bambu digunakan untuk menentukan atau meluruskan pematang sawah.
  15. ROGO PANDABUI : Tangkainya dibuat dari pakko, dan matanya dari kayu untuk meratakan permukaan sebelum ditanami bibit padi.
  16. GURIS :Terbuat dari kayu dan besi dipakai untuk menyiangi sawah.
  17. HARANG :Sejenis keranjang dibuat dari kulit bambu, digunakan untuk tempat membawa abu dapur atau-pupuk kandang ke sawah untuk memupuk tanaman.
  18. HIRANG : Serupa dengan Harang tapi lebih kecil, biasanya dibawa sekaligus dua buah dengan memakai pikulan atau Hallungan.
  19. OTAM SAMBILU :Terbuat dari kulit bambu (Sembilu) dipakai untuk alat menuai padi, alat ini tidak dipakai lagi dewasa ini.
  20. SASABI RAHAT : Bahan dibuat dari besi dengan gagang dari kayu tidak dapat dilipat.
  21. AMPANG PARMASAN :Bakul tradisionil Batak Toba terbuat dari rotan, dianyam, isi sekitar 20 liter, digunakan untuk takaran padi. Ampang jenis ini juga digunakan dalam upacara-upacara adat.
  22. AMPANG PAPALIAN : Ampang jenis lain dengan isi sekitar 16 liter digunakan untuk upacara-upacara adat seperti tempat padi dan sijogaron pada upacara kematian orang-orang tua yang sudah beranak, bercucu.
  23. PARRASAN : Tempat padi atau beras dibuat dari bayon (sejenis pandan) dianyam. Isi sekitar 3 Kaleng ( 60 ltr).
  24. ANDOK-ANDOK :Serupa dengan parrasan tapi kecil isi sekitar 1 Liter, biasanya digunakan tempat nasi (tugo) ke ladang atau waktu berpergian.
  25. SOLUP : Terbuat dari bambu, sebagai takaran padi, atau beras.. Ukuran isi sekitar 2 ltr. Solup tidak sama besarnya, jika terjadi suatu transaksi yang dipakai adalah Solup yang didatangi. Dalam hal ini ada ungkapan adat “Sidapot Solup do naro” artinya kita harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana kita berada.
  26. SAKKAK : Songkok ayam dibuat dari bambu, untuk tempat ayam bertelor dan mengeram.
  27. SAKKAK HERENGAN : Songkok jenis lain dan lebih besar. Dipakai untuk tempat ayam yang baru menetas agar terhindar dari sambaran burung elang.
  28. SUNUT :Tempat anak ayam dari bambu yang dianyam.
  29. TEKTEK PAMBALBAL : Sejenis palu dari kayu ringan digunakan untuk membalbal (memukul-mukul) miang bagot ( pohon aren) untuk mendapatkan nira atau tuak.
  30. HAJO : Tempayan tempat tuak dibuat dari tembikar.
  31. SEAK-SEAK ( BOKKOR ) : Bahan dari tempurung kelapa digunakan untuk cangkir tuak.
  32. 32. TAKKIK :Sejenis tukil (pahat) alat melobang pohon kemenyan untuk mengambil getah kemenyan.
  33. 33. GURIS HAMINJON : Dibuat dari besi dengan gagang kayu untuk mengambil getah kemenyan.
  34. 34. PARANG : Terbuat dari besi digunakan untuk bermacam-macam keperluan pertanian.

Demikian informasi yang bisa penulis sampaikan saat ini, bila ada kesalahan penulisan ataupun pengertian, mohon kritikannya.
Sumber: http://tbsilalahicenter.org

Jumat, 25 Juli 2014

SEJARAH PUSTAHA BATAK (BUKU PERTAMA) MASYARAKAT BATAK



Pustaha adalah sebuah buku atau surat dalam budaya Batak yang berisi catatan pengobatan tradisional, ilmu-ilmu gaib, keterangan tentang cara menolak hal-hal yang jahat (poda), mantra, ramalan-ramalan baik yang baik maupun yang buruk, serta ramalan mimpi. Buku ini biasa ditulis dengan aksara Batak. Secara fisik, pustaha terdiri dari lampak (sampul) dan laklak (kulit kayu sebagai media penulisan). Sampul buku ini sering dihiasi dengan motif Ilik, seekor kadal yang melambangkan dewa Boraspati ni Tano.Pada dasarnya ilmu pengetahuan yang tertulis di dalam pustaha dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu ilmu yang menyambung hidup, ilmu yang menghancurkan hidup dan ilmu nujum. Pustaha digunakan oleh seorang datu atau seorang murid yang belajar untuk menjadi seorang datu. Pustaha biasa dibuat dari kayu atau kulit kayu pohon alim (Aquilaria malaccensis) yang dikupas. Panjang kulit kayu bisa mencapai 7 meter dan lebar 60 cm. Meski demikian, sebuah pustaha yang disimpan di perpustakaan Universitas Leiden memiliki panjang hingga 15 meter lebih. Selain dari kulit kayu, terdapat juga pustaha yang dibuat dari bambu atau bahan lainnya.
Adapun awal mula dari Pustaha Batak ini adalah sebagai berikut:

Konon, ada seorang pemuda yang bernama Mangarapintu. Dia melarikan diri dari rumah orangtuanya karena takut dimarahi sang bapak lantaran telah menghilangkan peralatan tukang ayahnya yang kebetulan sedang membangun rumah. Dia pergi kesana kemari, masuk keluar kampung yang tidak dikenalnya. Hidupnya sangat mengibakan karena tidak ada tempat untuknya berteduh, memuaskan dahaga terlebih rasa lapar.
            Pada suatu hari, Mangarapintu sampai ke sebuah tempat pemujaan yang dihuni oleh makhluk sembahan yang menakutkan. Kemudian sang sembahan tersebut berkata “aku akan memangsamu” dengan mengejutkan Mangarapintu menjawab “ Syukur jika Engkau memangsaku Ompung, karena kematian akan jauh lebih baik bagiku dibandingkan hidup seperti ini”. Mendengar jawaban pemuda tgersebut, makhluk sembahan tersebut merasa iba, dan kemudian memeliharanya. Melindungi serta memberi makan dia, bahkan mengajarinya bermacam pengetahuan.
            Setelah sekian lama, Mangarapintu pun pamit pada makhluk sembahan yang telah memelihara dan mengajarinya untuk melanjutkan perjalanannya, menuju tempat yang dia pun tidak tahu kemana. Tan pa disangka, dia bertemu dengan Harimau di tengah perjalanannya, dan dengan sangat bernafsu, sang Harimau berkata “aku akan menjadikanmu makan malamku” dengan tak kala memelasnya, mangarapintu menjawab, “ adalah ide yang baik Ompung jika Engkau menyantapku, karena hidup puntak ada lagi gunanya bagi saya yang menyedihkan ini”. Mendengar jawaban pemuda itu, sang harimau pun iba, dan kemudian memeliharanya serta mengajarinya akan ilmu menerawang. Hingga akhirnya Mangarapintu bisa menerawang dan mengetahui letak alat tukang ayahnya yang dihilangkannya.
            Setelah sekian lama berguru pada harimau tersebut, Mangarapintu kemudian pamit melanjutkan perjalanannya berkelana ke puncvak bukit Pusuk ( Pusuk Buhit), tempat dimana para putri Dewa, yang berjumlah tujuh orang, turun dari kahyangan untuk mandi. Melihat ada pendatang di tempat permandian itu, sontak para putri dewa kaget dan kemudian bergegas meninggalkan tempat itu kembali ke kahyangan. Namun, sang pemuda sempat menangkap ujung benang selendang salaha satu putrid yang kemudian membawanya terbang ke kahyangan.
            Mangarapintu kemudian terbawa ke kahyangan, dan dihadapkan pada Dewa Batara Guru ( Debata Batara Guru). Sang dewa pun menaruh iba kepada sang pemuda, dan kemudian mengajarinya berbagai macam ilmu pengetahuan.sang dewa pun mengajarinya aksara, yang sekarang dikenal dengan aksara batak, hingga akhirnya dia lancar menulis. Kemudian, dia mengambil kulit pohon (laklak/ lopian), mengeringkannya, dan kemudian menulis semua ilmu yang dia dapatkan diatasnya, itulah buku pertama bertuliskan aksara batak. Setahun kemudian, dia kembali ke bumi (banua tonga) dan beranak cucu, namun karena kepintarannya, dia kesana kemari, dan memiliki banyak keturunan dimana-mana.

SISTEM WAKTU MASYARAKAT BATAK


Pada awalnya hanya ada bentangan laut, namun karena kuasa Debata Mula jadi na Bolon, ada buah pohon ara yang jatuh ke laut tepat pada pagi hari (Komis) dan kemudian tumbuh satu pohon, menjelang tengah hari kira kira pukul sepuluh (Bisnu) muncul dedaunan pada pohon tersebut, dan pada tengah hari(Sori) kemudian pohon itu berbunga. Tak sampai disana, pohon itu kemudian berbuah tidak lama kemudian, pada sore hari, sekitar pukul tiga (Hala). Dan pada saat matahari terbenam, sekitar pukul enam sore, (Borma), salah satu buah dari pohon tersebut jatuh, dan kemudian pohon tersebut layu dan kemudian mati.
                Namun pada esok harinya, buah yang jatuh kedalam laut tersebut tumbuh, berdaun, berbunga, berbuah, buahnya jatuh dan kemudian layu dan mati. Dan semua prose situ terjadi pada waktu yang sama, Komis, Bisnu, Sori, Hala dan Borma.dan hal it uterus terjadi tiap hari.
                Pohon yang terus tumbuh dan kemudian mati tersebut, dinamai  Hariara Sundung ni Langit. Yang mana, pohon ini dipercaya memiliki lima akar yang menjadi landasan/ filosofi dari  parmamisan holing silima lima, dan kemudian awal mula hatiha silimalima, yang dipatuhi para Pangatiha.
                Sementara pohon tersebut dipercaya sebagai awal permulaan Tahun, , sementara dahan yang berjumlah delapan, menjadi lambang  desa na ualu/ arah mata angin (utara, irisanna, purba, anggoni,dangsina, Nariti, Pastima, Manabia). Dari kedelapan cabang tersebut muncul 30 ranting yang melambangkan jumlah hari yang mana tiap hari beda namanya dari hari pertama sampai hari ke tigapuluh. Nama nama hari tersebut secara berurutan adalah: Artia, Suma, Anggara, Muda, Boras Pati, Singkora, Samisara, Antian Ni Aek, Sumani Mangadop, Anggara Sampulu, Muda Ni Mangadop, Boraspati Ni Mangadop, Singkora Purnama, Samisara Purasa,Tula,Suma Ni Holom, Anggara Ni Holom, Muda Ni Holom, Boraspati Ni Holom, Singkora Maraturun, Samisara Maraturun, Antin Ni Angga, Suma Ni Mate, Anggara Ni Begu, Muda Ni Mate, Boraspati Nig Ok, Singkora Duduk, Samisara Bulan Mate, Hurung Dan Ringkar.
                Sementara buah pohon tersebut yang berjumlah duabelas, dipercaya melambangkan jumlah bulan yang juga dua belas,dan menjadi awal mula zodiac yang duabelas, yaitu: mesa/Gemini, marsoba/ Taurus, nituna/ aries, harahata/cancer, singa/leo, hania/virgo, tola/libra, mortiha/scorpio, dano/sagitarius, morhara/capricornus, morhumba/aquarius serta mena/pisces.
                Adalah kepercayaan orang batak, bahwa ada hari yang baik dan tidak. Dan untuik mengadakan sebuah hajatan/ acara pesta maka biasanya mereka harus menentukan waktu dulu. Untuk mengetahui mana waktu yang baik, maka mereka harus konsultasi/ meminta nasehat dari orang pintar/ Datu. Adapun para Datu memiliki dua cara untuk menentukan hari yang baik untuk acara hajatan, yaitu:

  • ·         Membaca posisi Pane na Bolon


Pane na Bolon adalah makhluk besar berupa naga yang berkuasa akan apa yang dikerjakan/ diusahakan semua masyarakat di kedelapan arah mata angin . Panenabolon dalam buku ini disebut Hukum Alam, dengan tanda yaitu cahaya ufuk yang mulai nampak pada hari senja dan malam hari. Panenabolon menurut mithologi berdiam diri tiga-tiga bulan pada satu desa, setelah itu berpindah ke desa yang lain. Menurut pengetahuan modern, bahwa perpindahan itu adalah gambaran peredaran matahari, tiga bulan dari khatulistiwa ke utara, kemudian tiga bulan dari Utara ke khatulistiwa dan kemudian dari khatulistiwa tiga bulan ke selatan dan seterusnya tiga bulan juga kembali ke khatulistiwa.
  • ·         Membaca parhalaan

                Parhalaan adalah bagan yang memuat lambang lambang rumit akan waktu dalam satu tahun (dua belas bulan, tiga puluh hari). Untuk menerjemahkan arti Kalender Batak (Parhalaan) sebagai berikut :

  1. Pada hari atau Minggu dimana terdapat tanda kepala dan jepitan kalajengking menandakan kerugian mengadakan pesta besar. Demikian juga bila ada tanda perut ataupun ekornya. "Dan jika ada bulatan berisi titik besar, sebaiknya dihindari sebagai hari menikahkan anak perempuan / laki-laki." kata DR. Sudung.
  2. Tanda kali dan bulatan (XO) diartikan sebagai saat yang baik untuk menerima uang dan menagih uang dari orang lain.
  3. Tanda H atau tanda satu disebut "Simonggalonggal." Pada hari di mana tanda itu ada, disarankan menghindari memasuki rumah untuk rumah yang baru selesai dibangun atau akan ditempati penghuni baru.
  4. Tanda kali (X) diartikan untuk memancing ikan, atau kalau mengadakan pesta disebut sebagai waktu yang baik untuk menyajikan pangupaon dengan ihan. Adapun dua bulatan menandakan buah atau disebut Ari Parbue dan dipercaya sebagai saat yang tepat untuk bertanam atau mengadakan pesta.
  5. Tanda Kail berdiri bermata dua dan juga V terbalik biasanya adalah hari yang dihindari untuk melakukan kegiatan, karena dipercaya membawa kerugian.
  6. Tanda hala (kalajengking) sungsang dengan simbol bagian kepala hala membarat (hala sungsang) juga disebut kurang baik.
  7. Tanda atau lambang hala ke utara adalah hari matahari mati. Partilaha yang artinya sering terjadi kematian. Tanda getar suara adalah juga hari yang dihindari, karena tanda itu berarti banyak suara-suara sumbang yang pro dan kontra dan oposan.
  8. Tanda Bulatan kecil disebut Ari Na Ualu / hari kedelapan. Tanda menandakan atau dipercaya bahwa seorang suami akan kehilangan istri atau sebaliknya bila mengadakan pesta pada hari yang ada tanda dimaksud.
  9. Tanda XI disebut "Ari pangugeuge" atau hari yang kurang baik untuk berpesta akan tetapi sangat baik untuk berburu babi hutan.
  10. Tanda kotak hitam adalah hari Netral yang artinya tergantung baik buruknya pada niat dan keinginan manusia.


KEBUDAYAAN MASYARAKAT BATAK



Berbicara tentang adat, secara  otomatis kita juga akan berbicara tentang kebudayaan, karena, adat dan kebudayaan bagaikan dua mata sisi koin yang tak bisa dipisahkan satu sama lain. melalui adat istiadat, kita bisa melihat bagaimana kebudayaan suatu daerah. Sebenarnya, masih banyak unsure budaya yang lain yang bisa menjelaskan secara terperinci tentang kebudayaan Batak, namun, kurangnya ahli, bahkan pustaha (tulisan/buku), yang dulunya menggambarkan kehidupan masyarakat Batak, juga sangat minim karena telah diangkut oleh bangsa asing yang menginvansi Bangsa Batak ratusan tahun yang lalu. Dan, apa yang kita ketahui saat ini hanyalah sisa-sisa pengetahuan yang sempat terekam oleh memori para tokoh cendekiawan, tetua, dan orang pintar (Datu).
Untuk menghindari kehilangan yang lebih lagi, penulis menyematkan beberapa pengetahuan yang penulis ketahui, yang diperoleh secara lisan maupun tulisan, melalui  tulisan/ artikel/ blog ini. Sangat besar harapan penulis bahwa beberapa tulisan ini bisa menyadarkan para pemuda-pemuda bersuku Batak, bahwa kebudayaan Batak sangatlah unik dan tidak kalah jika disandingkan dengan kebudayaan kebudayaan asing di seluruh dunia. Penulis juga berharap,  melalui tulisan ini, para pemuda termotivasi untuk mencari, mengumpulkan informasi lebih tentang identitas Bangso Batak, suku besar di Indonesia, untuk dilestarikan guna menjadi identitras para generasi selanjutnya.
Adapun kebudayaan batak bisa kita lihat melalui bebrapa unsure kehidupan yang meliputi:
·         Adat
·         Agama/ ugama
·         Kesusasteraan/ hata
·         Kesenian
·         Mata pencaharian/ pansarian
·         Kehidupan/ parngoluon