Translate

Rabu, 09 April 2014

SUKU BATAK (sebuah pengenalan)



Berbicara suku Batak, mungkin kita akan langsung membayangkan sosok tinggi, berkulit coklat, rahang persegi, dan cara berbicara agak keras. Yah, itulah gambaran Batak yang paling dikenal diseluruh negeri sampai saat ini. Namun, keras tidaknya seseorang berbicara, mungkin berpengaruh pada ketegasan kepribadiannya. Orang Batak, sering dikategorikan manusia bar-bar, kasar, dan sebagainya. Namun dibalik itu semua orang, Batak adalah pribadi yang tegas dan memegang teguh prinsip serta ucapan/ janji.
Berbicara Tentang Batak, kita akan terbayang pada salah satu suku di pulau sumatera, tepatnya Sumatera Utara yang menghuni daerah sekitar Danau Toba. Batak Toba, yah, itulah suku yang sangat identik dengan kata Batak. Padahal kalau kita perhatikan lagi, Batak itu merujuk kepada masyarakat yang terbagi lagi pada beberapa subsuku, yang melip
Batak Karo, Toba, Simalungun, Angkolam, Pak-pak, dan Mandailing. Namun entah mengapa, yang melekat dengan sosok batak itu lebih ke batak Toba.
Berbicara tentang Sejarah, ada beberapa versi sejarah yang beredar luas di masyarakat pada masa ini. Ada yang mengatakan bahwa Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia yang berasal dari  Taiwan yang berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu di zaman batu muda (Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatera Utara di zaman logam. Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus, di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam, hingga Natal.
Sementara versi yang paling dipegang teguh sampai sekarang ini  adalah Suku Batak berasal dari Langit, yang diturunkan ke Bukit Pusuk Buhit (sebuah nama bukit yang terkenal di tepian danau Toba), sehingga tidak heran kalau Danau Toba menjadi bagian penting dalam sejarah perjalanan Suku ini. Marga Batak dimulai dari Si Raja Batak yang diyakini sebagai asal mula orang Batak. Si Raja Batak mempunyai 2 (dua) orang putra yakni Guru Tatea Bulan dan Si Raja Isumbaon. Guru Tatea Bulan sendiri mempunyai 5 (lima) orang putra yakni Raja Uti (Raja Biakbiak), Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Malau Raja. Sementara Si Raja Isumbaon mempunyai 3 (tiga) orang putra yakni Tuan Sorimangaraja, Si Raja Asiasi dan Sangkar Somalidang.
Dari keturunan (pinompar) mereka inilah kemudian menyebar ke segala penjuru daerah di Tapanuli baik ke utara maupun ke selatan sehingga munculah berbagai macam marga Batak. Semua marga-marga ini dapat dilihat kedudukan dari Si Raja Batak.
Suku Batak Toba ini sendiri dikelompokkan lagi berdasarkan wilayahnya: Suku Batak Silindung , Suku Batak Samosir , Suku Batak Humbang ,Suku Batak Toba .
KEPERCAYAAN
Pada Umumnya Suku Batak menganut agama Kristen Protestan, hal ini tidak terlepas dari peranan Dr. I.L Nomensen, seorang Misionaris Jerman yang memberitakan Injil pada masyarakat Batak Toba yang dahulunya adalah penyembah berhala. Dimana gereja yang pertama kali didirikan adalah HKBP (Huria Kristen Batak protestan) yang dulunya adalah singkatan dari empat misionaris yang peduli pada pembentukan gereja ini. Gereja pertama ini didirikan di Huta Dame, Tarutung, Tapanuli Utara. Namun disamping itu, ada juga beberapa kepercayaan yang dianut yaitu Parmalim (Agama Tradisional batak Toba yang dianut oleh Raja Sisingamangaraja XII) dan Islam yang disebarkan melalui jalur perdagangan pantai Barus. Sedikit tentang kepercayaan Batak Toba Prakristen, suku Batak pada masa itu (bahkan samapai saat ini) mengenal tiga konsep, yaitu:
Tondi
Tondi adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.

Sahala
Sahala adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.

Begu
Begu adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.

Beberapa begu yang ditakuti oleh orang Batak, yaitu:
Sombaon, yaitu begu yang bertempat tinggal di pegunungan atau di hutan rimba yang gelap dan mengerikan.
Solobean, yaitu begu yang dianggap penguasa pada tempat tempat tertentu
Silan, yaitu begu dari nenek moyang pendiri huta/kampung dari suatu marga
Begu Ganjang, yaitu begu yang sangat ditakuti, karena dapat membinasakan orang lain menurut perintah pemeliharanya.

Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaha, yang walaupun sudah menganut agama Kristen, dan berpendidikan tinggi. Namun orang Batak belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah tertanam di dalam hati sanubari mereka.
Contoh : Ada juga kepercayaan yang ada di Tarutung tentang ular (ulok) dengan boru Hutabarat bahwa boru Hutabarat tidak boleh dikatakan cantik di Tarutung. Apabila dikatakan cantik maka nyawa wanita tersebut tidak akan lama lagi, menurut kepercayaan orang itu.


WILAYAH BERMUKIM :
Dalam tata pemerintahan Republik Indonesia yang mengikuti tata pemerintahan Kolonial Belanda, setiap sub suku berdiam dalam satu kedemangan yang kemudian dirubah menjadi kabupaten setelah Indonesia merdeka.
  • Sub suku Batak Toba berdiam di Kabupaten Tobasa yang wilayahnya meliputi : Balige, Laguboti, Porsea, serta Ajibata (berbatasan dengan Parapat) Nahumaliangna.
  • Sub suku Batak Samosir berdiam di Kabupaten Samosir yang wilayahnya meliputi : Tele, Baneara, Pulau Samosir, Nahumaliangna.
  • Sub suku Batak Humbang berdiam di Kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Utara bagian utara yang wilayahnya meliputi : Dolok Sanggul, Siborongborong, Lintongnihuta, serta Parlilitan Nahumaliangna.
  • Sub suku Batak Silindung berdiam di Kabupaten Tapanuli Utara yang wilayahnya meliputi Tarutung, Sipoholon, Pahae, Nahumaliangna.
  • Suku Batak pun saat ini telah banyak tersebar ke seluruh daerah Indonesia bahkan ke luar negeri .
TAROMBO :
Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak khusunya kaum Adam diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu).Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga .

FALSAFAH BATAK :
Secara umum, suku Batak memiliki falsafah adat Dalihan Natolu paopat Sihal yakni Somba Marhulahula (hormat pada pihak keluarga ibu/istri), Elek Marboru (ramah pada keluarga saudara perempuan) dan Manat Mardongan Tubu (kompak dalam hubungan semarga) , Dan Sihal yaitu ; Dame martetangga jala ringkot mar ale ale (kompak Dalam kehidupan sehari-hari) , falsafah ini dipegang teguh dan hingga kini menjadi landasan kehidupan sosial dan bermasyarakat di lingkungan orang Batak (Samosir , Silindung , Humbang , Toba).

BAHASA BATAK :
Bahasa Batak sebenarnya merupakan nama sebuah rumpun bahasa yang berkerabat yang dituturkan di Sumatra Utara. Mereka menggunakan aksara Batak
Bahasa Batak bisa dibagi menjadi beberapa kelompok: Bahasa-bahasa Batak Utara , Bahasa Alas , Bahasa Karo , Bahasa Simalungun . Bahasa-bahasa Batak Selatan , Bahasa Angkola-Mandailing , Bahasa Pakpak-Dairi , Bahasa Toba .

BATAK PADA ERA MODERN :
Sejarah Batak modern dipengaruhi oleh dua agama Samawi yakni Islam dan Kristen. Islam makin kuat pengaruhnya pada saat Perang Padri, melalui aktivitas dakwah yang dilakukan para da'i dari dari negeri Minang. Perluasan penyebaran agama Islam juga pernah memasuki hingga ke daerah Tapanuli Utara dibawah pimpinan Tuanku Rao dari Sumatera Barat, namun tidak begitu berhasil. Islam lebih berkembang di kalangan Mandailing, Padang Lawas, dan sebagian Angkola.
Agama Kristen baru berpengaruh di kalangan Angkola dan Batak (Silindung-Samosir-Humbang-Toba) setelah beberapa kali misi Kristen yang dikirimkan mengalami kegagalan. Misionaris yang paling berhasil adalah I.L. Nommensen yang melanjutkan tugas pendahulunya menyebarkan agama Kristen di wilayah Tapanuli. Ketika itu, masyarakat Batak yang berada di sekitar Tapanuli, khususnya Tarutung, diberi pengajaran baca tulis, keahlian bertukang untuk kaum pria dan keahlian menjahit serta urusan rumah tangga bagi kaum ibu. Pelatihan dan pengajaran ini kemudian berkembang hingga akhirnya berdiri sekolah dasar dan sekolah keahlian di beberapa wilayah di Tapanuli. Nommensen dan penyebar agama lainnya juga berperan besar dalam pembangunan dua rumah sakit yang ada saat ini, RS Umum Tarutung dan RS HKBP Balige, yang sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Sementara itu, perkembangan pendidikan formal juga terus berlanjut hingga dibukanya sebuah perguruan tinggi bernama Universitas HKBP I.L. Nommensen (UHN) tahun 1954. Universitas ini menjadi universitas swasta pertama yang ada di Sumatra Utara dan awalnya hanya terdiri dari Fakultas Ekonomi dan Fakultas Theologia.
Demikianlah Ulasan singkat tentang suku batak, yang adalah Suku penulis sendiri. Di kesempatan lain, kita akan bahas lebih jelas lagi seluk beluk, keunikan dan kelebihan yang dimiliki Suku terbesar di Sumatera Utara Ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar