Translate

Jumat, 25 Juli 2014

SEJARAH PUSTAHA BATAK (BUKU PERTAMA) MASYARAKAT BATAK



Pustaha adalah sebuah buku atau surat dalam budaya Batak yang berisi catatan pengobatan tradisional, ilmu-ilmu gaib, keterangan tentang cara menolak hal-hal yang jahat (poda), mantra, ramalan-ramalan baik yang baik maupun yang buruk, serta ramalan mimpi. Buku ini biasa ditulis dengan aksara Batak. Secara fisik, pustaha terdiri dari lampak (sampul) dan laklak (kulit kayu sebagai media penulisan). Sampul buku ini sering dihiasi dengan motif Ilik, seekor kadal yang melambangkan dewa Boraspati ni Tano.Pada dasarnya ilmu pengetahuan yang tertulis di dalam pustaha dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu ilmu yang menyambung hidup, ilmu yang menghancurkan hidup dan ilmu nujum. Pustaha digunakan oleh seorang datu atau seorang murid yang belajar untuk menjadi seorang datu. Pustaha biasa dibuat dari kayu atau kulit kayu pohon alim (Aquilaria malaccensis) yang dikupas. Panjang kulit kayu bisa mencapai 7 meter dan lebar 60 cm. Meski demikian, sebuah pustaha yang disimpan di perpustakaan Universitas Leiden memiliki panjang hingga 15 meter lebih. Selain dari kulit kayu, terdapat juga pustaha yang dibuat dari bambu atau bahan lainnya.
Adapun awal mula dari Pustaha Batak ini adalah sebagai berikut:

Konon, ada seorang pemuda yang bernama Mangarapintu. Dia melarikan diri dari rumah orangtuanya karena takut dimarahi sang bapak lantaran telah menghilangkan peralatan tukang ayahnya yang kebetulan sedang membangun rumah. Dia pergi kesana kemari, masuk keluar kampung yang tidak dikenalnya. Hidupnya sangat mengibakan karena tidak ada tempat untuknya berteduh, memuaskan dahaga terlebih rasa lapar.
            Pada suatu hari, Mangarapintu sampai ke sebuah tempat pemujaan yang dihuni oleh makhluk sembahan yang menakutkan. Kemudian sang sembahan tersebut berkata “aku akan memangsamu” dengan mengejutkan Mangarapintu menjawab “ Syukur jika Engkau memangsaku Ompung, karena kematian akan jauh lebih baik bagiku dibandingkan hidup seperti ini”. Mendengar jawaban pemuda tgersebut, makhluk sembahan tersebut merasa iba, dan kemudian memeliharanya. Melindungi serta memberi makan dia, bahkan mengajarinya bermacam pengetahuan.
            Setelah sekian lama, Mangarapintu pun pamit pada makhluk sembahan yang telah memelihara dan mengajarinya untuk melanjutkan perjalanannya, menuju tempat yang dia pun tidak tahu kemana. Tan pa disangka, dia bertemu dengan Harimau di tengah perjalanannya, dan dengan sangat bernafsu, sang Harimau berkata “aku akan menjadikanmu makan malamku” dengan tak kala memelasnya, mangarapintu menjawab, “ adalah ide yang baik Ompung jika Engkau menyantapku, karena hidup puntak ada lagi gunanya bagi saya yang menyedihkan ini”. Mendengar jawaban pemuda itu, sang harimau pun iba, dan kemudian memeliharanya serta mengajarinya akan ilmu menerawang. Hingga akhirnya Mangarapintu bisa menerawang dan mengetahui letak alat tukang ayahnya yang dihilangkannya.
            Setelah sekian lama berguru pada harimau tersebut, Mangarapintu kemudian pamit melanjutkan perjalanannya berkelana ke puncvak bukit Pusuk ( Pusuk Buhit), tempat dimana para putri Dewa, yang berjumlah tujuh orang, turun dari kahyangan untuk mandi. Melihat ada pendatang di tempat permandian itu, sontak para putri dewa kaget dan kemudian bergegas meninggalkan tempat itu kembali ke kahyangan. Namun, sang pemuda sempat menangkap ujung benang selendang salaha satu putrid yang kemudian membawanya terbang ke kahyangan.
            Mangarapintu kemudian terbawa ke kahyangan, dan dihadapkan pada Dewa Batara Guru ( Debata Batara Guru). Sang dewa pun menaruh iba kepada sang pemuda, dan kemudian mengajarinya berbagai macam ilmu pengetahuan.sang dewa pun mengajarinya aksara, yang sekarang dikenal dengan aksara batak, hingga akhirnya dia lancar menulis. Kemudian, dia mengambil kulit pohon (laklak/ lopian), mengeringkannya, dan kemudian menulis semua ilmu yang dia dapatkan diatasnya, itulah buku pertama bertuliskan aksara batak. Setahun kemudian, dia kembali ke bumi (banua tonga) dan beranak cucu, namun karena kepintarannya, dia kesana kemari, dan memiliki banyak keturunan dimana-mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar